YOGYAKARTA, DIY (UCAN) -- Jesuit Refugee Service (JRS) Indonesia telah meluncurkan sebuah buku dan sebuah video tentang upayanya dalam menciptakan rekonsiliasi antara komunitas Kristen dan Muslim yang bertikai di Kesui, sebuah pulau di Propinsi Maluku.
Buku dan video compact disc (VCD) berjudul "Boats of Hope" diluncurkan 20 Juni, Hari Pengungsi se-Dunia, di galeri Lembaga Indonesia-Prancis di Yogyakarta.
Pastor Adrianus Suyadi SJ, direktur JRS Indonesia, mengatakan kepada UCA News saat peluncuran dan diskusi publik bahwa JRS Indonesia ingin “menyoroti situasi dan kondisi ratusan ribu pengungsi di Indonesia melalui seni, musik, film, dan diskusi publik tentang pengungsi.”
Buku setebal 170 halaman itu ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris oleh anggota JRS Indonesia, katanya. Ditambahkan, buku itu diterbitkan dengan dukungan dana dari Uni Eropa melalui European Initiative for Democracy and Human Rights.
Upaya-upaya JRS yang didokumentasikan dalam buku itu antara lain menjadi perantara pengiriman surat dan video message antara komunitas Kristen dan Muslim di Kesui, mengadakan pertemuan para tokoh desa, dan menyampaikan keluhan para tokoh desa kepada pejabat pemerintah daerah. JRS juga membangun fasilitas umum seperti saluran air bersih dan sekolah dasar.
“Kerja sama berbagai pihak ini mempercepat proses rekonsiliasi,” kata Pastor Suyadi.
VCD berdurasi 20 menit itu menceritakan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris tentang kehidupan sehari-hari penduduk Pulau Kesui serta karya para anggota dan relawan JRS.
“Harapan kami, pengalaman di lapangan yang terekam di dalam buku dan VCD ini bisa menjadi salah satu sarana pembelajaran bagi mereka yang berniat terlibat dalam upaya rekonsiliasi bagi orang-orang yang bertikai,” kata Pastor Suyadi.
Laurentius Dedy Kristanto, manager program JRS Indonesia, menegaskan bahwa membangun kembali hubungan di kalangan orang-orang yang tinggal di pulau itu merupakan satu-satunya cara untuk mencapai rekonsiliasi.
JRS berencana untuk membagikan 1.500 kopi buku dan VCD kepada gubernur Maluku dan semua bupati dan camat di propinsi tersebut, serta para pemimpin setempat lainnya.
Selama diskusi publik, Pastor Franciscus Xaverius Wardaya SJ menyoroti peran provokatif militan Muslim dari luar Kesui dalam konflik di Kesui. Ia mengutip sebuah laporan yang ditulis oleh Lambang Triyono, seorang peneliti dari Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.
“Gara-gara campur tangan dari luar itulah penduduk kedua komunitas yang selama ini hidup berdampingan dan mampu mencari solusi permasalahan secara damai, kini menjadi saling curiga dan siap menghabisi satu sama lain,” katanya kepada sekitar 30 orang yang menghadiri acara tersebut. Ia memuji JRS Indonesia dan berbagai pihak yang terlibat dalam upaya rekonsiliasi yang membawa para pemimpin dari pihak-pihak yang bertikai untuk duduk bersama dan mencari solusi.
Pastor Wardaya adalah direktur Pusat Sejarah dan Etika Politik dari Universitas Katolik Sanata Dharma di Yogyakarta dan konsultan JRS Asia-Pasifik.
Website (www.geocities.com/Maluku67/diocese02012001.htm?200726?20075) dari Crisis Center Keuskupan Amboina mencatat pertikaian Kristen-Muslim 1999-2002 di Kepulauan Maluku yang menewaskan sekitar 6.000 orang dan membuat ratusan ribu lainnya mengungsi. Keuskupan Amboina, yang berpusat di Ambon, ibukota Maluku, mencakup Propinsi Maluku. Propinsi Maluku Utara, yang mayoritas berpenduduk Muslim, merupakan pecahan dari Propinsi Maluku. Propinsi ini dibentuk saat terjadi kerusuhan.
Menyangkut soal Kesui, website itu mengatakan bahwa laskar jihad, terutama dari pulau-pulau yang berdekatan dari Geser dan Gorong, menyerang orang Kristen di akhir November 2000. Lebih dari 4 hari, 2.000-3.000 penyerang membakar sebuah desa berbeda setiap hari: Utta, Karlomin, Wuwin, dan Tanasoa. Sedikitnya 9 orang, kebanyakan berasal dari Karlomin, tewas.
Sejumlah orang Kristen melarikan diri dengan perahu ke Pulau Teor. Lainnya mengungsi ke hutan. Mengetahui insiden di Kesui dan melihat asap dari desa-desa yang terbakar, banyak orang Kristen yang tinggal di Teor mulai meninggalkan Kepulauan Kei dengan perahu kecil. Orang-orang Islam mengatakan kepada orang-orang Kristen yang masih tinggal di kepulauan itu untuk masuk Islam agar selamat.
No comments:
Post a Comment