src='http://ajax.googleapis.com/ajax/libs/jquery/1.4.2/jquery.min.js?ver=1.4.2' type='text/javascript'/>

Radio Katolik

Katekismus Gereja Katolik
www.imankatolik.or.id
Cari Kata dalam KGK
www.imankatolik.or.id
Nomor:
masukkan no. katekismus yang dikehedaki, misalnya 3, 67, 834 atau 883-901
Kata:
masukkan kata yang akan dicari untuk
menunjukkan no. katekismus

Keuskupan Atambua Mendorong kaum Muda Terlibat Dalam Politik

ATAMBUA, NTT (UCAN) -- Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Atambua baru-baru ini mengadakan seminar tentang pendidikan politik untuk membantu memberdayakan masyarakat, khususnya kaum muda Katolik, dalam komunitas-komunitas Gereja lokal.
Secara keseluruhan, 314 orang muda Katolik yang mewakili seluruh 56 paroki di Keuskupan Atambua menghadiri seminar-seminar tersebut, yang diselenggarakan pada 18-21 Juni di setiap dekenat: Malaka, Belu Utara, Mana, dan Kefamenanu.
Pembicara utama adalah Vinsensius Loe Mau dan Herman Abatan, masing-masing wakil ketua dan sekretaris eksekutif Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Atambua, dan Pastor Yohanes Senda Laka, praeses Seminari Tinggi Lo'o Damian di Lalian, 10 kilometer selatan Atambua.
Pembicara lainnya adalah Raymundus Sau Fernandez, wakil bupati Timor Tengah Utara (TTU) dan ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Cabang TTU, dan Yohanes Bernando Seran, pemerhati masalah politik.
Ketika Loe Mau menyampaikan sambutan di hadapan 90 orang muda Katolik yang menghadiri seminar 21 Juni di Kefamenanu, ibukota Kabupaten TTU, ia menekankan pentingnya keterlibatan mereka dalam politik sebagai “sebuah panggilan untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah.”
Kebanyakan politikus di tanah air, katanya kepada mereka, masih dimotivasi oleh kekuasaan, jabatan tinggi, dan uang. Menjelang pemilu, katanya, “mereka pandai merayu hati rakyat dengan janji-janji muluk dan terkadang mereka memberi rakyat makanan dan minuman, untuk mendapatkan suara, tapi setelah mereka mendapat kursi jabatan, mereka tidak peduli lagi dengan nasib rakyat dan melupakan semua janji yang pernah diberikan.”
Oleh karena itu, sarannya, “kaum muda Katolik harus menyadari bahwa berkiprah di bidang politik merupakan panggilan untuk menggarami dunia politik dengan nilai-nilai Injil.”
Pastor Senda, 38, mengatakan bahwa orang muda sekarang ini cenderung masa bodoh dan kurang berminat untuk terlibat dalam berbagai organisasi. “Selaku orang muda,” katanya kepada peserta, “kalian hendaknya terbuka dan menyadari bahwa kalian memiliki potensi yang besar. Hanya saja potensi itu belum dikembangkan dengan baik.”
Imam itu, yang juga pembimbing rohani kaum muda Katolik di Keuskupan Atambua, juga menekankan bahwa “Gereja butuh orang muda Katolik yang, sebagai agen pembaruan, bisa menciptakan habitus baru dalam keluarga dan komunitas basis serta dalam berbagai organisasi dan politik.”
Habitus baru yang dimaksudkan mencakup perilaku dan sikap, berdasarkan kebaikan, cinta kasih, dan keadilan, yang digunakan oleh individu-individu dan kelompok-kelompok dalam menciptakan pendekatan-pendekatan, memperdalam pemahaman mereka dan menjalin hubungan dengan individu-individu atau kelompok-kelompok lain.
Marsela Fanu, satu dari dua orang muda Katolik yang berbicara dengan UCA News seusai seminar, mengatakan bahwa ia berterima kasih telah mendapat kesempatan untuk mengikuti seminar itu. "Saya merasa ditobatkan melalui kegiatan seminar ini," kata wanita berusia 25 tahun dari Paroki St. Yohanes Pembaptis di Neisleu tersebut. Sebelum mengikuti seminar, katanya, ia menganggap politik sebagai “bidang yang kotor” yang tidak boleh dimasuki oleh umat Katolik yang baik, dan ide ini mencegah dia untuk terlibat dalam politik.
Namun, berkat seminar itu, “Saya menjadi tahu dan sadar bahwa kita bisa menginjili masyarakat lewat politik,” katanya mengakui. Ia juga mengungkapkan harapan bahwa Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Atambua akan mengadakan kursus serupa secara rutin.
Alfridus Taolin, 28, dari Paroki St. Yohanes Vianney di Maubesi, mengatakan bahwa seminar itu "sangat berguna untuk membuka wawasan saya dan membangkitkan semangat saya untuk tetap berkiprah di bidang politik dengan misi untuk menegakkan nilai-nilai Injil." Taolin, anggota PDI-P Cabang Kabupaten TTU, mengharapkan agar semakin banyak orang muda Katolik terlibat.
Abatan, seorang pembicara utama, mengatakan kepada UCA News bahwa seminar itu merupakan bagian dari program kerja 2007 dari Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Atambua. Ia juga menjelaskan bahwa seminar itu dirancang untuk memberdayakan komunitas-komunitas basis, khususnya kaum muda Katolik.
Ia mengatakan, seminar-seminar itu bertujuan untuk memberi kaum muda Katolik suatu pemahaman dasar tentang politik, mendorong mereka untuk melihat politik sebagai “medan kerasulan” yang harus digarap dan digarami, dan mempersiapkan mereka untuk menjadi kader-kader politik yang cerdas dan bijak.
“Kita butuh orang muda yang cerdas, trampil, dan militan dalam menata bidang politik, maka kita perlu mempersiapkan mereka dengan pendidikan politik yang berkesinambungan,” jelasnya.
Abatan menambahkan bahwa semua peserta sepakat untuk mengadakan seminar-seminar serupa di paroki mereka masing-masing dan untuk mengadakan kursus serupa tentang pendidikan advokasi pada tahun 2008.

Artikel Terkait

No comments: